Lamunan Diamku

Haruskah aku pertaruhkan semua waktuku hanya untuk mengharap kesempatan kedua?

Jalur sukar yang kini kau jalani dan tak pernah aku pahami, membuatku ragu untuk memasuki semua celah yang sengaja kau buat. Aku ragu pada hari diakhir nanti, dan aku ragu pada perpisahan yang indah karena selalu ada sebuah alasan untuk merasakan kepahitan.

Semua kenangan masih mengalir disetiap pembuluh darahku, dan aku membutuhkan pemberontakan jiwa untuk sebuah penjernihan hati. Beri aku kesempatan kosong yang tak berbobot, dan mungkin akan aku temukan beberapa kedamaian di pertengahan malam…

Kau tak pernah betah pada sesuatu yang lurus, pemikiranmu cenderung berputar hingga masalah klasik selalu terbentur pada dinding hati yang telah aus tercoreng goresan-goresan lama.

Kau selalu menyembunyikan sebuah kepalsuan untuk mengejar segala kekurangan diri dan itu sudah mencerminkan bayangan-bayangan pahit di suatu hari nanti. Dibanding dengan semua itu, aku lebih memilih buah Simalakama atau sebuah kegilaan yang berujung manis.

Oh kesedihan yang agung, kau selalu membuatku duduk memeluk betis dan menaruh dagu di atas lutut…

Hanya dalam genggaman Tuhan, aku rela menelan sebuah kepahitan dan hanya dalam genggaman Tuhan, mungkin akan aku temukan beberapa kenyamanan disana tentang lamunan diamku…

0 komentar: